Si Blek

Jreeeng…!!  Selesai juga berganti kulit. Kini tampilan agak sedikit menyeramkan.  Tapi apakah fungsinya juga segahar penampakan luarnya?.  Ini yang harus saya ketahui.  Tulisan ini hanyalah testimoni pribadi,  tidak untuk mengajak anda membeli dan menggunakan apa yang ditampilkan di blog ini.  Apalagi sampai harus membenci dan

bertindak anarkis, antipati terhadap yang selama ini di hati.

Satu hal yang selama ini saya tulis dari berbagai hal yang terjadi saat bekerja portable adalah sebuah “ketakutan”  akan supply listrik.  Beberapa rangkaian on air Outdoor yang sering terjadi adalah kurangnya Voltage untuk supply ke Power supply,  sebut saja PS.

Rata-rata,  PS yang kita gunakan mempunyai Input 220 VAC atau 110 VAC. Pada saat mendapat Input yang sesuai, maka PS masih bisa menghasilkan umpan yang optimal ke transceiver untuk mendapatkan output maksimal,  misalnya 100 watt.

Lalu bagaimana jika ternyata PS di supply di bawah 220 VAC?  Dibeberapa PS (tergantung jenis dan merk) pada Input 180 VAC masih bisa mendapatkan hasil yang optimal.  Namun bagaimana jika ternyata output jaringan listrik jauh di bawah 180 VAC? Sebagian besar akhirnya transceiver tidak bekerja optimal.  Dan inilah yang membuat anda akan menjadi frustrasi saat bekerja portable / ber Dxpedition.

Mungkin anda akhirnya akan bilang,  “ah gampang mas.  Kan bisa dipasang Stabilizer untuk mendapatkan Input tegangan yang di inginkan?”

Memang betul,  dan itu adalah solusi yang bagus. Untuk anda…  Ya,  untuk anda. Bukan untuk saya…

Sebagai penggemar amateur radio Outdoor,  saya harus dituntut untuk selalu memperhatikan jumlah beban dan ruang yang akan digunakan.  Konsep yang saya sukai adalah Lightweight style.  Jika ternyata untuk memecahkan problem diatas harus membawa Stabilizer lagi,  bisa dibayangkan berapa kilogram lagi yang harus ditambahkan untuk jumlah beban. Belum akhirnya dimensi peralatan akan bertambah.

Saudara saudara yang budiman,  yang tidak budiman bukan saudara.
Haiyaaaaahh…

Lalu apa yang sekiranya bisa saya perbuat untuk hal ini.

Update PS!  Ya,  mengganti PS dengan fiture autorange Input 110V – 240 VAC. Mengapa harus autorange?  Ya tentunya supaya ia otomatis masih bisa bekerja sepanjang dalam range Input yang di syarat kan.  Bukan yang switchable.

Waduh,  itu kan biaya lagi mas? Betul! Tapi jangan kurang akal.  Sekarang banyak sekali PS yang dijual dengan harga sangat miring namun kualitas bisa diandalkan. Tapi yang terpenting adalah sesuai dengan kebutuhan,  autorange.

Si Blek ini saya dapatkan dengan harga bisa dibilang murah. Untuk 200 ribu rupiah, kini problem bisa diatasi. Si Blek digunakan dengan Input 135 VAC masih bisa optimal untuk menggerakkan transceiver FT-450 ke 100 watt. Bahkan untuk itu,  si Blek hanya mengeluarkan tegangan output 12.5 Dc.

Running test dalam beberapa hari ini cukup menggembirakan. Si Blek sangat stabil, bahkan suhu pun hangat normal. Dengan kemampuan maksimal  45A pada 12.5VDC ia anteng-anteng saja saat digunakan untuk mode CW dan Phone. Asyiknya lagi si Blek tidak menghasilkan gangguan noise yang biasanya ini menjadi momok tersendiri bagi pengguna PS switching. Si Blek pun ringan sekali dengan dimensi kecil memanjang, membuat mudah diselipkan di tas daypack portable.

Nah,  bagaimana menurut anda? Apakah sekiranya ini bisa dijadikan alternatif yang murah dan meriah? Tapi yang terpenting adalah kita telah memanfaatkan barang sampah elektronika menjadi barang yang mempunyai daya guna lebih.

Tapi ingat,  sebelum menggunakan barang jenis ini anda harus memastikan bahwa PS memang bekerja baik.  Cek ketersediaan short protection.  Jika tidak ada,  anda harus paham untuk mencari cara bagaimana mengantisipasinya. Jangan sampai transceiver anda rusak lalu nyalahin yang nulis artikel ini…  He he he!!

Salam recycle!

About YB1UUU

DX'ing and Contesting
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

2 Responses to Si Blek

  1. erick says:

    haloo om yon wah kebetulan aq kyke juga punya PSA modele puersis koyok si blek iku dpt harga ya hampir sama teg 12v 49ampere

Leave a comment